terpaku seonggok tubuh lemah tak berdaya
hilang rasa dan asa
ingin hilang dari dunia saja
Sambil mengais-ngais rasa sayang dan sisa cinta kemarin
ia menghitung jumlah angka yang tertanam di dinding
menjelajah ruang dalam waktu
diterpa angin dan semilir rindu dari kekasih yang tiada berada
bagaikan mentari dan rembulan yang tak kunjung bertemu
meski sekian tahun telah terlewati dan berganti
Tubuhnya lesuh terbungkus luka
sesak nafas dan tersedak-sedak
menggerogoti jantung ingin bebas dan berlari
tapi apa daya
sebuah tali putih bening mengikatnya erat
terpendam dalam tanah sedalam samudra dan cinta
terkapar diatas nisan dan kematian
Disudut ruang derajat sembilan puluh
ia menaruh seonggok daging pada kertas putih bersih
mengisyaratkan cinta dan kasih
sambil mengorek-ngorek dada
ia menulis rindu dengan darah
sekaligus memahat nisan atas nama cinta dan dewa kematian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar